Sabtu, 02 Juli 2011

Curug Bentang

Curug Bentang adalah air terjun yang terdapat di Desa Sanca, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang dan termasuk dalam Desa Wisata Wangunharja. Offroad atau Motoadventure dari Bandung ke Curug Bentang sebenarnya sudah dimulai beberapa tahun silam, seiring dengan pelaksanaan kegiatan Adventure Offroad oleh Trabas. Perjalanan menuju Curug Bentang merupakan perjalanan yang tidak terlalu jauh, akan tetapi memiliki variasi rute yang menarik dan ada beberapa rute yang cukup ekstrem.

Untuk mencapai Curug Bentang, para penggemar motoadventure dapat langsung menuju Lembang dan kemudian ke arah Maribaya. Dari Maribaya, persis di depan tempat parkir mobil, belok ke sebelah kiri memasuki rute Jalan Raya Cicalung. Jalan ini merupakan jalan aspal. Sampai di ujung jalan aspal, maka perjalanan dilakukan dengan sedikit offroad di jalan licin sampai ke Puncak Eurad. 150 meter dari Puncak Eurad, maka perjalanan dilanjutkan dengan offroad menuruni bukit hingga ke desa.

Sampai di desa, dengan menggunakan jalan batu, maka perjalanan dilanjutkan ke arah perkebunan Tambaksari. Wilayah ini biasanya merupakan tempat istirahat pertama dan mengisi bahan bakar. Setelah berisitirahat dan mengisi bahan bakar, maka perjalanan dilanjutkan ke arah Kp. Banceuy, Desa Sanca yang merupakan salah satu desa adat di kawasan Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang.

Kp. Banceuy menawarkan wisata budaya yang masih belum banyak diekspos seperti Kp. Naga di Garut ataupun Baduy. Posisi Kp. Banceuy agak tersembunyi. Di Kampung Banceuy yang luasnya lebih kurang 40 hektare dan berpenduduk 600 jiwa ini pewarisan nilai-nilai tersebut melalui upacara adat yang hingga kini masih dilaksanakan secara rutin. Ada dua upacara adat di Kampung Banceuy yang gaunya cukup besar, yakni ngabeungkat dan ngaruat lembur atau hajat bumi. Ngabeungkat diselenggarakan pada awal musim hujan, yaitu menyambut datangnya musim hujan sebagai tanda dimulainya bercocok tanam atau menggarap sawah.

Ngabeungkat dilaksanakan di dua tempat, di Solokan (sungai kecil) Eyang Ito dan di Solokan Padalingan. Sasajen (sesaji), seperti tangtang angin (kupat tipis yang bungkusnya terbuat dari daun kelapa), air kembang, dan sebagainya diletakkan di pinggir sungai. Setelah sebelumnya diadakan upacara ritual, kambing sebagai kurban disembelih. Darahnya dibuang ke selokan dan daging kambingnya dibagikan ke masyarakat. Ngabeungkat dimaksudkan untuk ngahuripkeun solokan (memakmurkan sungai), ngahuripkeun sawah, dan ngahuripkeun yang memiliki sawah.

Upacara ruatan lembur atau hajat bumi dilaksanakan pada pertengahan bulan Djulhizah (Rayagung) pada hari Rabu. Ruatan lembur cukup meriah diselenggarakan arak-arakan dengan menampilkan kesenian tradisional, misalnya gembyung, kliningan, dan sebagainya.

Dalam arak-arakan tersebut, konon, terdapat seekor kuda kosong tanpa ada yang menunggangi yang dianggap merupakan tunggangan leluhur. Meski kosong, kuda ini menurut beberapa masyarakat kelihatan sangat kelelahan sekali yang dipercaya seakan-akan kuda itu memang ada yang menunggangi, cuma tidak kelihatan.

Selain kuda kosong, juga terdapat gotongan yang di dalamnya dua buah ikatan padi geugeusan (padai gede) yang didandani seperti manusia. Yang satu menyerupai perempuan mengenakan pakaian serbaputih, satu lagi menyerupai laki-laki di beri bajunya serbahitam. Di depannya terdapat sesaji dan parupuyan (tempat membakar kemenyan).

Padi yang mengenakan baju serba putih melambangkan Dewi Sri Pohaci dan yang serba hitam melambangkan Bujang Sarana. Dalam mitologi Sunda, Dewi Sri Pohaci merupakan Dewi Padi, sementara Bujang Sarana melambangkan harta atau uang.

Upacara ritual dilakukan dengan berziarah ke makam para leluhur, menyembelih seekor kerbau yang dibeli dari hasil swadaya masyarakat, dan menyembelih seekor ayam untuk tumbal lembur (penolak bala kampung) di tempat tertentu yang tidak boleh dilihat oleh sembarang orang. Hanya orang-orang tertentulah yang menyaksikan penyembelihan ayam beserta upacara ritualnya.

Upacara ngaruat lembur dimeriahkan dengan pementasan wayang golek siang malam. Dalang harus yang sudah memiliki kemampuan ngaruat dan cerita yang diangkatnya pun harus cerita pilihan yang biasa dipakai ngaruat.
didin nuzuludin

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar